GUA0GfA9TpA5GUGlTfYiGUG6TY==

IJAZAH PALSU VS PARTAI SUPER TBK

 

Penulis:Umbul Sawunggaling

Barusan nonton podcast Bang Achmad Sahal dengan narsum Prof Josef Herman Wenas.
Bagi netizen yang belum sempat nonton, silakan nonton. Saya sangat merekomendasikan.
Interpretasi saya begini :

Minimal ada 3 events yang menarik ditarik  korelasinya :
1. Wisata Jokowi
2. Issue ijazah Palsu
3. Pencalonan Jokowi jadi ketum PSI.

Wisata Jokowi.

Jumlah wisatawan ke kediaman Pak Jokowi berjumlah sekitar 250 orang per hari (Senin sd Jum'at), dan sekitar 750 orang per hari (Sabtu-Minggu). Atau rata-rata 393 orang per hari. Atau 143.445 orang per tahun. Kepada mereka dibagikan T Shirt.
Jika harga T-Shirt sekitar Rp. 50.000 per lembar, maka dibutuhkan dana sekitar Rp.7 miliar lebih.  setiap tahun. Walaupun belum jelas akan berlangsung hingga kapan, namun pengeluaran sebesar ini diprediksi akan bertambah. Logikanya ; hampir mustahil tanpa target. Bahkan, jumlah tersebut masih bisa bertambah lagi seandaianya Pak Jokowi memenangkan gugatan pencemaran nama baik terkait ijazah palsu.
Ini bisa jadi berpotensi men-trigger peningkatan anggota PSI.
Pasalnya, PSI identik dengan Jkw. Itu terlihat dari cikal bakal pendiriannya.

Issue ijazah palsu.
Sebagaimana bisa kita saksikan sendiri di berbagai media, Roy Suryo dkk mengakui bahwa sumber data uji forensik adalah unggahan kader  PSI, Dian Sandi Utama, melalui akun X miliknya pada tanggal 1 April 2025. Dian beralasan mengunggah foto ijazah tersebut karena tak terima banyak yang menghina Jokowi.
Rupanya Roy Suryo dkk menangkapnya dengan riang ria, bagaikan mndapatkan asupan bergizi untuk melakukan manuver politik dengan dalih  penelitian scientific.
Dalam waktu sangat cepat, hasilnya (plus bumbu-bumbu tuduhan) disebarluaskan melalui berbagai media, baik medsos, mainstreams maupun podcast. Viral jadinya.
Jika kelak Pak Jkw menang berperkara maka dapat mendongkrak approval rating beliau. Dalam hal demikian maka PSI teruntungkan.

Pencalonan jadi Ketum PSI.
Sistem pencalonan Ketum PSI menggunakan pola voting langsung (E.Vote). Ini pola pertama dalam kepartaian di Indonesia. Pola seperti ini tentu sulit dilakukan partai manapun yang  penentu arah kebijakan partai masih pemegang saham pengendali partai yang bersangkutan. Pun sulit dilakukan buat partai yang masih memberlakukan kontrak politik (lebih-lebih yang berbayar).

Profile PSI sebagaimana sering diungkapkan oleh Grace Natalie (a.l. di podcast Prof Renald Kazali), bukanlah partai keluarga. Partai ini juga tidak menggunakan fee pengawalan proyek yang dibebankan pada anggaran belanja negara. Mereka memiliki pola pembiayaan sendiri.
Dengan lain perkataan, partai ini berpeluang besar menjadi partai identik PT Tbk, bahkan super Tbk.

Jadi, saya yakin bahwa issue-issue tsb di atas mengandung usnur political strategy buat mewujudkan PSI sebagai partai berprofile PT Super Tbk. Perlu digarisbawahi bahwa Pak Jkw adalah grandmaster-nya (sependapat dengan pernyataan Bu Irma Suryani).

Dengan menjadi Super Tbk maka terbuka peluang memunculkan kandidat kepemimpinan nasional yang terbaik dari yang baik-baik. Dan dengan demikian pula maka berpeluang besar mengawal keberlanjutan perjuangan mewujudkan Indonesia Emas. Pak Jokowi sendiri pernah menyatakan bahwa keberlanjutan Indonesia Emas mutlak membutuhkan Kepemimpinan Nasional Yang Berkelanjutan (Ashley Documentari ttg : How Will Indonesia Become The Next China). Konsekuensunya : tuduhan matahari kembar akan semakin deras. Tapi harusnya tidak perlu didengar karena bukan sesuatu yang negatip.

Konsep Partai Tbk memang sudah saatnya mulai dibentuk. Pasalnya, FDI yang akan dikelola Danantara buat mengakselerasi Proyek Hilirisasi dan Ketanan Pangan segera cair. Saya berkesempatan bergabung dengan staff supporting group penyusunan konsep ketahanan pangan versi investor (bagian dari FDI).

Mari kita dorong agar UU Parpol diamandemen menuju Profile Partai Tbk. Dengan konsep kepartaian seperti itu maka sistem Pemilu langsung menghasilkan pilihan yang terbaik. Katakanlah secara personal masih menggunakan money politic, toch kualitas ybs sudah tersaring di internal parpol berkat E.Vote system. 

Sebaliknya jika tetap berjalan seperti yang ada saat ini, maka keberlanjutan Indonesia Emas tidak meyakinkan. Bayangkan beberapa kondisi seperti ini ;
Pertama tidak ada GBHN yang mengikat komitmen bangsa
Kedua, sistem Pemilu langsung atas para paslon yang dinomiasikan berdasarkan elektabilitas (bukan berdasarkan eligibilitas terhadap Indonesia Emas.
Ketiga,  kebebasan menetapkan RPJP, RPJM dan RPJPd baru bagi presiden terpilih.
Ke-empat, masih maraknya pengendalian kader parpol oleh Ketum Partai, yang ternyata berorientasi korupsi (laporan PPATK bulan lalu menunjukkan 36,67% belanja negara dikorupsi ASN politisi).

Foto, Antara News

Komentar0

Type above and press Enter to search.