GUA0GfA9TpA5GUGlTfYiGUG6TY==

RELEVANSI MENGETES MAS GIBRAN

 

Di video di link ini, Mas Gibran ditest oleh Nana Shihab.

Tidak dijelaskan tujuan atau urgensi test-nya. Sebagaimana kita tahu bahwa pencalonan Mas Gibran jadi Cawapres-nya Pak Pabowo, murni pertimbangan politik terkait komitmen Pak Prabowo untuk Menjamin Keberlanjutan Indonesia Emas.

Menurut keterangan Bung Dasco dalam sebuah acara, begini : "Jadi yang bener itu, lima kali pak Prabowo minta ke pak Jokowi agar mas Gibran jadi wakilnya. Dan jawaban pak Jokowi selalu sama: tolong dipikir dulu, apakah baik buat pak Prabowo. Baru pada permintaan kelima, pak Jokowi bilang 'ya kalau gitu tanya langsung sama anaknya saja'. Saya ngga mau nanti dianggap ikut campur... ".

Motif  Pak Prabowo jelas ingin memenangkan kontestasi Pilpres.
Jadi jika mbak Nana mau ngetes sesuai konteks kandidasi, harusnya digali kesiapannya mendampingi Prabowo dalam menjamin keberlanjutan Indonesia Emas, Kalau mau mengelaborasi pun harus masih tetap dalam konteks itu.

Lagian sistem pemilihan langsung memang harus disadari sesadar-sadarnya bahwa mengandung konsekuensi yang tidak diinginkan (unintended consequencies). Proses kandidasi saja tidak mengedepankan kapabiltas mewujudkan visi lantaran Parpol pengusung lebih mengedepankan elektabilitas. Di sisi pemilih, para pemilih juga tidak cukup wawasan terhadap Indonesia Emas. Mereka hanya memilih apa yang disajikan Parpol pengusung. Saya justru bertanya ; apakah mekanisme demikian patut dibilang demokratis?

Ini bukan hanya soal kelemahan proses kandidasi meainkan kelemahan sistem demokrasi yang kita sepakatai sejak awal reformasi. Kalau saja kita masih menerapkan GBHN, dan kemudian MPR memilih paslon yang eligible untuk mewujudkan GBHN maka sapapun kandidat sudah terfilter sejak sebelum didaftarkan di KPU.

Jadi janggal jika kemudian ditest dengan pola test Najwa Shihab.
Jika demikian, menurut saya yang lebih tepat dinilai bukan Mas Gibran melainkan Najwa Shihab.

Apa motivasi sesungguhnya untuk melakukan test seperti ini?. Hemat saya ini mirip aksi para mantan Jendral. Dua-duanya tidak konsekuen terhadap kesepakatan membangun sistem demokrasi.

Penulis, Umbulsawunggaling
foto (Kompas.com)


./.

Komentar0

Type above and press Enter to search.